BRID

Blogger Reporter Indonesia

Jumat, 29 Februari 2008

APA YA? BACA AJA DEH


Si Kidal di Dunia Serba Kanan

AWAL April lalu peluncuran sebuah produk telepon seluler di London, Inggris, berhasil menyita perhatian dunia. Berbagai situs berita terkenal dunia menyempatkan diri menulis acara ini. Lha, apa menariknya? Setiap bulan, di hampir seluruh belahan dunia, selalu ada peluncuran produk baru teknologi bergerak ini. Apa istimewanya? Ataukah teknologi ponsel yang baru diluncurkan itu sudah sangat canggih sehingga sempat menggegerkan seperti itu?

Tidak sampai sejauh itu. Hari itu adalah peluncuran ponsel khusus bagi pengguna yang bertangan kidal. Mungkin tak banyak yang tahu kalau 12 persen atau sekitar tujuh juta warga Inggris bertangan kidal. Masalahnya, berdasarkan survei, ternyata mereka mengalami kesulitan saat menggunakan ponsel, yang semuanya didesain untuk orang yang terbiasa menggunakan tangan kanan.

Karenanya, operator seluler di Inggris Virgin Mobile, bekerjasama dengan vendor Sony Ericsson berusaha mencari solusinya. Hasilnya adalah ponsel LH-Z200, hasil modifikasi ponsel seri Sony Ericsson Z200 yang khusus ditujukan bagi pengguna bertangan kidal. Seri LH tersebut berarti Left-Handed.

Secara teknis hampir tidak beda antara seri kidal ini dengan seri orisinalnya. Desain cover dan fitur-fiturnya sama saja dengan seri Z200. Namun, papan ketik (keypad) LH-Z200 tersusun dari kanan ke kiri. Tak ubahnya melihat keypad ponsel biasa yang ditaruh di depan cermin. Susunan angka dan aksaranya memang ditata dari kanan ke kiri — begitu selanjutnya untuk deret-deret yang ada di bawahnya. “Ini adalah ponsel pertama di dunia yang menjadi solusi untuk para penguna ponsel kidal,” ujar Steven Day, Direktur Virgin Mobile, yang juga bertangan kidal.

Bagi orang yang terbiasa menggunakan tangan kanan dalam beraktifitas, berita ini mungkin berita biasa. Tapi bagi orang yang bertangan kidal, yang jumlahnya mencapai 10 persen dari total populasi dunia, ini jelas adalah kabar gembira. Setidaklah salah satu bentuk diskrimasi, di mana seluruh ponsel yang dijual selama ini didesain menurut kaedah tangan kanan, sedikit terminimalisir.

Diskrimasi? Diskriminasi nyata yang tak masuk agenda para pejuang hak asasi manusia adalah hak asasi orang kidal — orang yang lebih sering menggunakan tangan kiri ketimbang kanan dalam beraktifitas seperti menulis, mengangkat barang, memegang peralatan saat berolahraga dan sebagainya. “Orang-orang kidal masih sedang berjuang keras untuk membuat hidupnya lebih nyaman dalam dunia yang serba kanan ini,” tulis Kristin Brunt dari Universitas Northern Iowa.

Menurut mahasiswa Manajemen Sistem Informasi yang juga kidal ini dalam situs webnya, tidak sulit untuk menemukan diskriminasi bagi orang kidal di sekitar kita. Jika masuk kelas, kursi-kursi yang salah satu sandaran tangannya dijadikan meja tulis hanya diperuntukan bagi mahasiswa yang terbiasa menulis dengan tangan kanan. Tidak ada kursi yang meja tulisnya di sebelah kiri. Jika tetap dipaksakan menaruh buku di atas sandaran tangan sebelah kiri, resikonya tak ada ruang untuk menumpukan bahu kiri supaya menulis lebih nyaman. “Baru untuk urusan duduk, orang kidal sudah merasa tidak nyaman,” tulis Brunt.

Belum lagi jika harus menggunakan pemarut pensil dan gunting. Semuanya secara didesain bagi pengguna tangan kanan. “Anda tak akan pernah berhasil memarut pensil jika menggunakan tangan kiri. Saya sudah melakukannya berkali-kali, hasilnya: pensil saya selalu cepat menjadi pendek!”

Saat mulai belajar pun diskriminasi belum akan sirna. Menurut Alvin Silverstein dan Virginia B. Silverstein dalam buku The Left-hander’s World, “Bahkan bahasa kita, Bahasa Inggris, termasuk yang meremehkan orang kidal. Kata right yang merujuk pada bagian kanan dari tubuh kita itu juga berarti baik dan benar. Jika Anda mau menuntut keadilan dan hak asasi, tak ada satupun yang berteriak “civil lefts”, pastilah “civil rights”!

Toh bukan hanya Brunt yang bernasib kidal. Masih ada Jimi Hendrix, Martina Navratilova, Pangeran William, Nicole Kidman dan Bob Geldof. Profesi orang kidal juga beraneka ragam. Mulai dari filosof dan pemimpin dunia macam Aristoteles, Nietzsche, Simon Bolivar, Einstein, Napoleon Bonaparte, Julius Caesar dan Winston Churchill hingga penjahat macam William Bonney (Billy the Kid) dan Jack The Ripper.

Apa yang menyebabkan seseorang jadi kidal? Ada yang mengatakan itu adalah faktor keturunan, bahkan ada yang menyebut sebagai salah satu bentuk kelainan genetis. Namun ada juga yang mengatakan kidal adalah fenomena normal karena terkait dengan keseimbangan bagi otak dalam bekerja.

Menurut para pakar, masing-masing belahan otak kita mengatur mode pikiran yang berbeda. Hipotesa ini disebarluarkan oleh Roger Sperry, pemenang Hadiah Nobel pada 1981. Mode-mode itu secara garis besar terbagi dua: Otak kiri berperan dalam mengasah logika, berpikir secara berurutan, rasional, analitis, obyektif dan parsial. Sementara otak kanan berperan membentuk intuisi, berpikir acak, holistik, sintesis, subyektif dan menyeluruh.

Tangan kiri bekerja atas perintah otak kanan, sehingga orang-orang kidal tidak terlalu kerepotan dalam mengasah otak kanannya. “Ini tentunya berita buruk bagi mereka yang tidak dianugrahi tangan kidal, karena berarti mereka tidak memiliki dominasi otak-kanan,” ujar Mathias Konradson.

Brunt mengutip sebuah rumor, mungkin juga mitos, bahwa ada yang percaya orang kidal lebih pintar ketimbang orang kanan. “Orang bertangan kanan hanya menggunakan satu belahan otaknya, sedangkan orang kidal menggunakan keduanya — bahkan untuk tugas sepele seperti memungut pensil.”

Sebagai orang yang juga kidal, saya memilih untuk memandang fenomena kidal sebagai anugerah ketimbang nasib sial. Memandang diskrimasi yang terjadi sebagai tantangan, bukan halangan. Memandang tradisi di dunia timur seperti Indonesia yang menganaktirikan kebiasaan kidal — buktinya sejak kelas III SD saya dipaksa menulis dengan tangan kanan, akhirnya saya bisa dua-duanya — sebagai selingan.

Toh, kenyataannya, orang-orang kanan sudah mulai memikirkan kebutuhan orang kidal. Buktinya kini ada ponsel buat orang kidal — mungkin sebentar lagi ada parutan pensil atau gunting khusus kidal.

Lagi pula, orang-orang di dunia serba kanan, tidaklah terlalu ego dan tega-tema amat. Buktinya, mereka tidak sampai menjual atau membeli sepatu sebelah kanan saja, celana bagian kanan saja, headphone sebelah kanan saja atau sarung tinju sebelah kanan saja. Sisi kirilah yang berkontribusi membuat dunia ini tidak jadi gila beneran.***

Banyak orang yang sering menyebut Kidal. Apakah kidal ini sesungguhnya?. Kidal adalah kecenderungan seseorang untuk lebih aktif menggunakan anggota tubuh sebelah kiri dibandingkan yang sebelah kanan. Kidal bukanlah suatu kecacatan, sesungguhnya hal ini disebabkan karena dominasi fungsi belahan otak yang berbeda.

Semasa kecil si Sulung, dia juga dominan dengan tangan kirinya. Awalnya saya membiarkan dia menggunakan tangan kirinya, saya anggap hal yang wajar dan mungkin dia memang kuat ditangan kirinya. Saya berasumsi demikian karena kakak saya sendiri juga menggunakan tangan kiri dalam beraktivitas. Jadi saya pikir hal yang wajar dan bukanlah suatu masalah menulis dengan tangan kiri.

Tetapi lingkungan berkata lain, banyak yang mentabukan menulis dengan tangan kiri dan banyak pula yang memprotes tanpa henti.

Akhirnya dengan sedikit ‘pemaksaan’ sang Sulung diajari memakai tangan kanan. Awalnya buat dia tidaklah nyaman. Tapi dengan ‘keterpaksaan’ akhirnya terbiasalah dengan tangan kanannya. O, kasihannya Sulungku.

Saya perhatikan si Bungsu saya sekarang juga dominan dengan tangan kiri. Tapi lingkungan yang dihadapi oleh Bungsu berbeda dengan Sulung. Kita pun bersikap terbuka dan realistis serta tidak mentabukan tangan kiri untuk menulis.

Saya membiarkan Bungsu menikmati menulisnya dengan tangan kiri. Saya ajarkan dia dengan tangan kanan, kadang saya ingatkan dia untuk menggunakan tangan kanannya. Saya tidak memaksakan si Bungsu untuk memakai tangan kanan, kalau dia tidak nyaman dengan tangan kanan, saya biarkan dia dengan tangan kirinya. Kelak besar nanti Bungsu bisa merasakan dan menikmati mana yang nyaman buat dia dan dia bisa merespon sendiri dari dalam tubuhnya.

Mengapa Anak Kidal

Dalam anggota tubuh kita, otak mempunyai dua bagian, yaitu otak bagian kiri dan bagian kanan. Otak bagian kiri kita mengatur pergerakan dominan dari bagian kanan tubuh kita, dan otak bagian kanan mengatur pergerakan dominan dari bagian kiri tubuh.

Anak hampir 80-90% pada perkembangannya akan mengalami dominasi belahan otak sebelah kiri, sehingga anak akan aktif dengan tangan kanan dalam beraktivitas. Sisanya dapat menjadi kidal. Dominasi ini terutama akan menetap setelah umur 4 tahun.

Adakah keluarga kidal? Karena biasanya Kidal ini dapat pula bersifat genetik yang diturunkan.

Tetapi sebuah riset pada tahun 1998 yang dilakukan oleh James McDevitt dari Universitas Oklahoma menerangkan bahwa bila kedua orang tua kidal, hanya 26% kemungkinan dari anak-anak mereka menjadi kidal pula. Ini menerangkan bahwa faktor absolut genetik bukanlah suatu hal yang menjadikan penyebab sang anak menjadi kidal.

Ada pula para ahli yang menerangkan bahwa Kidal ini akibat lain dari proses persalinan yang bermasalah, dimana otak mengalami kerusakan selama proses persalinan yang sulit itu.

Para ahi di Swedia mengemukakan bahwa USG selama kehamilan yang terlalu sering dilakukan oleh ibu hamil dapat pula menyebabkan anak menjadi kidal, dimana USG ini menyebabkan perubahan dalam otak sang janin sebelum dilahirkan.

Mengenai pendapat-pendapat para ahli tentang asal muasal Kidal ini masih menjadi perdebatan pro dan kontra. Tetapi yang terjadi sesungguhnya yang mengakibatkan kidal ini adalah karena dominasi bagian otak kanan yang mengatur pergerakan dominan dari bagian kiri tubuh.

Pengaruh Lingkungan

Ada anggapan yang sebenarnya keliru bahwa orang kidal lebih banyak berasal dari ras kulit putih (Negara Barat) ketimbang keturunan Asia (Negara Timur). Perbandingan antara jumlah orang yang kidal dengan yang tidak kidal pada semua ras sebenarnya tidak jauh berbeda. Persoalannya, orang-orang yang ada di negara belahan timur sering terikat kepada norma-norma dan tata krama yang mengatur hampir segala hal dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bagian tubuh sebelah mana yang harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan tertentu dalam kesehariannya. Akibatnya, mereka yang kidal sering harus menyembunyikan kecenderungannya itu. Ini berbeda dengan di negara-negara barat, dimana dalam pergaulan sehari-harinya cenderung lebih terbuka sehingga orang-orang yang kidal lebih bebas untuk menjalani kekidalannya tersebut. Alhasil, orang-orang kidal terlihat lebih banyak dari keturunan Barat ketimbang orang Timur.

Lingkungan berpengaruh besar dalam hal penggunaan tangan ini. Terlebih di negara kita, kalau anak memakai tangan kiri dianggap tidak sopan, melanggar tata krama dan tidak baik. Bahkan banyak yang memberi ajaran pada sang anak bahwa tangan kiri adalah tangan jelek, dan tangan kanan adalah tangan manis.

Padahal Allah menciptakan tangan ini tidaklah membedakan dan tidak menamakan tangan ini dengan tangan jelek dan tangan manis. Terbentuklah opini dan pendapat dari kebanyakan orang, bahwa tangan kiri tangan yang tidak bagus dan tangan kanan adalah tangan yang bagus dan manis.

Kebetulan saat ini saya tinggal di Jerman, dan saya lihat orang-orang tidak seperti di tanah air bila melihat orang menulis dengan tangan kiri. Orang-orang menganggap penggunaan tangan kiri adalah suatu yang normal dan wajar, memang sebenarnya menulis dengan tangan kiri memang suatu yang normal dan wajar, sesuatu dengan kekuatan dari belahan tubuh orang itu sendiri.

Pemaksaan dan Akibat Pemaksaan pada Anak Kidal

Ada kecenderungan, terutama di kalangan orangtua dan guru-guru, untuk memaksa anak-anak yang terlahir kidal agar selalu menggunakan anggota tubuh sebelah kanan. Ini sebenarnya adalah tindakan yang sangat berbahaya. Tindakan `pemaksaan’ ini dapat berefek pada gangguan bicara hingga kesulitan untuk belajar membaca (disleksia) pada anak yang bersangkutan. Dalam beberapa kasus, tindakan ini malahan dapat mengaburkan dominasi fungsi otak.

Pemaksaan-pemaksaan yang dilakukan pada anak-anak tersebut bisa mengakibatkan gangguan pada perkembangan anak selanjutnya seperti gangguan bicara (gagap, misalnya), atau anak frustasi karena dia tidak nyaman dengan menulis dengan tangan kanan, akhirnya dia marah dan tidak mau menulis ataupun tulisannya menjadi jelek.

Di Kerajaan Inggris pada masa dahulu yaitu pada masa George VI kecil, sang ayah George V memaksa sang anak yang kidal untuk menggunakan tangannya yang kanan. George VI dipaksa. Akibat dari kesalahan didikan ini mengakibatkan George VI menjadi gagap.

„ Aku kidal dan asli merasa tidak nyaman waktu kecil di lingkungan (diluar keluarga inti), memaksa-maksa aku untuk memakai tangan kanan huaaaah menyebalkan tetap teringat sampai aku setua ini lho.“ Ungkap Molly.

Menurut hasil penelitian, orang yang kidal kerja dari fungsi otaknya didominasi oleh otak sebelah kanan, yang mengontrol sisi kiri dari anggota tubuh. Sehingga jika seorang Kidal "dipaksa" untuk mengalihkan fungsi tangan kirinya ke tangan kanan, ada kemungkinan kinerja otak orang tersebut kurang optimal dan tidak sebaik kalau orang tersebut dibiarkan menggunakan tangan kirinya.

Support Orang Tua dan Keluarga

Bagi orangtua yang memiliki anak kidal, disarankan untuk menerima kondisi anak apa adanya tanpa intervensi terhadap kekidalannya tersebut. Dan sebagai orang timur, tentu saja untuk aktifitas dalam kehidupan sehari-hari seperti berjabatan tangan, makan, anak itu tetap harus diajari untuk menggunakan anggota tubuh yang semestinya sesuai dengan norma agama dan tata krama yang ada.

Tetapi, untuk kegiatan yang bersifat pribadi, biarkan saja ia mengikuti kecenderungannya itu. Jangan pernah memaksakan anak yang kidal untuk menulis dengan tangan kanan misalnya. Selain tidak ada manfaatnya, ini hanya akan menambah beban belajar sang anak. Lagipula, bagaimana kalau kita sebagai orang yang biasa menggunakan tangan kanan dalam beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari dipaksa menulis dengan menggunakan tangan kiri? Suatu hal yang sulit bukan?

Orang tua, marilah kita mulai sekarang tidak lagi memaksa anak-anak kita yang kidal untuk menulis dengan tangan kanan jika memang dia ternyata kidal. Bukan sesuatu hal yang salah dan bukanlah suatu kecacatan. Menurut pendapat ahli perkembangan anak, anda boleh mencoba melatih mengaktifkan tangan kanan anak dalam 1 -2 bulan. Bila saat itu malah menimbulkan kesulitan atau masalah pada anak, maka biarkanlah dia kidal.

Saya pernah membaca artikel tentang anak Kidal, dan saya ingat kalimat yang dituturkan oleh Martha Pieper, seorang author dan columnist dari sebuah majalah di Chicago.

“Menjadi Kidal itu bukanlah suatu kutukan, bukan pula suatu kecacatan dan bukan pula suatu keterbatasan. Tetapi bila para orang tua membuat Kidal ini adalah suatu titik permasalahan yang besar dalam perkembangan sang anak, dan itu akan menjadi suatu masalah yang besar. Anak adalah anak-anak, yang membutuhkan bimbingan, kasih sayang, pengertian, intruksi dan contoh, tidak perlu melihat dengan tangan apa dia memegang sesuatu. Anak Kidal mungkin akan mengajari anda orang tua tentang bagaimana beradaptasi.“

Masalah bagaimana dalam perkembangan anak selanjutnya, sebagai orang tua jangan terlalu khawatir, anak anda yang kidal pasti bisa menyesuaikan diri.

„Memang banyak peralatan sehari-hari yang didesain untuk tangan kanan, seperti gunting, bolpen (terutama yang memakai tinta encer macam tinta celup), mouse, kamera, digicam, dan lain-lain. Bahkan yang lebih parahnya adalah meja gambar. Ketika saya kuliah dulu, saya menghabiskan 1,5 kali waktu lebih lama untuk menggambar di meja gambar (drafting machine) kampus, tapi tetap fun. Karena kami punya cara sendiri untuk menyiasatinya. Bahkan pasangan saya masih suka senyum-senyum sendiri tidak jelas kalau saya sedang menulis, aneh katanya. It's nice to be lefthanded person ;’’ ungkap Dhani, seseorang yang Kidal.

Keseimbangan Otak

Banyak artikel yang menulis bahwa ada kelebihan khusus dengan adanya otak mana yang lebih dominan. Orang yang dominan otak sebelah kiri (memakai tangan kanan) memiliki kemampuan berhitung/numerik, nalar sistematis yang lebih bagus. Sedangkan orang yang dominan otak sebelah kanan (kidal), memiliki kemampuan abstrak yang lebih bagus, penguasaan seni dan bahasa, ekspresi perasaan yang baik.

Seorang yang berhasil, adalah seseorang yang bukan hanya mahir di satu atau dua bidang saja, tapi mahir di banyak bidang. Salah satu cara supaya anak kita bisa mahir dibanyak bidang, adalah dia harus mampu menggunakan kedua belahan otaknya dengan imbang.

Idealnya memang kita senantiasa mengasah kedua bagian otak, baik otak kiri maupun otak kanan. (NzG)

menunjukkan bahwa perempuan bertangan kidal memiliki resiko lebih besar untuk meninggal, terutama akibat terserang penyakit kanker dan cerebrovascular, suatu kerusakan pada pembuluh darah di otak dan pembuluh darah yang memasok darah ke otak.

Meskipun itu dapat menjadi temuan yang menyimpang dimana peluang dan buktinya jauh dari kesimpulan. Banyak laporan telah menghubungkan kondisi kidal dengan bermacam gangguan pada umumnya yang mengakibatkan masa hidup menjadi yang lebih singkat, kata beberapa peneliti Belanda dalam laporan mereka di jurnal Epidemiology.

"Orang bertangan kidal dilaporkan tak memiliki wakil di kalangan kelompok orang berusia lanjut, kendati temuan semacam itu masih banyak diperdebatkan," tulis Dr. Made K. Ramadhani dan rekannya dari University Medical Center Utrecht. Sebanyak 1 dalam 10 orang diperkirakan bertangan kidal.

Di antara 12.178 perempuan berusia menengah di Belanda yang diselidiki oleh para peneliti itu selama hampir 13 tahun, 252 orang meninggal.

Ketika perempuan bertangan kidal dibandingkan dengan perempuan lain dan datanya disesuaikan untuk mengetahui jumlah faktor yang berpotensi mengakibatkan kematian, perempuan bertangan kidal memiliki resiko 40% lebih tinggi untuk meninggal akibat penyebab apa saja, 70% lebih tinggi meninggal akibat kanker, dan 30% lebih tinggi meninggal akibat penyakit sistem peredarah darah.

Perempuran bertangan kidal juga menghadapi resiko dua kali lebih besar untuk meninggal akibat kanker payudara, resiko hampir lima kali lipat untuk meninggal akibat kanker colorectal, dan beresiko lebih dari tiga kali lipat untuk meninggal akibat cerebrovascular.

Mekanisme yang mempertegas tersebut tetap sukar untuk dipahami, meskipun faktor genetika dan lingkungna hidup mungkin terlibat, kata Ramadhani dan rekannya.

Kebanyakan penelitian mengenai orang bertangan kidal itu dan angka kematian telah dipicu oleh dugaan bahwa orang bertangan kidal tersebut disebabkan oleh penghinaan yang dialami sang ibu selama menjelang kelahiran, yang akhirnya mengarah kepada kematian dini.

Penulis suatu komentar, Dr. Olga Basso, yang bertangan kidal, sangat ragu, secara umum, mengenai penelitian yang berkaitan dengan penyakit dan kematian dengan kondisi bertangan kidal itu.

"Saya tidak sendirian dalam berpendapat bahwa literatur mengenai kondisi bertangan kidal dikumpulkan dari sejumlah penyakit, tak peduli penyakit yang diduga terlihat pada mereka yang bertangankidal,” katanya.

"Setelah berhasil menghindari sejumlah gangguan", kata Basso. “Saya ragu bahwa kekidalan saya secara pradini menyeret saya menuju kuburan saya."

Basso bekerja di National Institute of Environmental Health Sciences, Research Triangle Park, North

Beberapa hal yang mungkin belum di ketahui untuk menambah wawasan kita..

Warna asli Coca-Cola adalah hijau.

Otot yang paling kuat di tubuh manusia adalah otot lidah.

Setiap orang di Amerika rata-rata mempunyai 2 kartu kredit.

Kata paling panjang yang bisa diketik dengan satu baris tuts di keyboards adalah “TYPEWRITER”.

Wanita berkedip dua kali lebih banyak dari pria.

Seseorang tidak akan pernah mati hanya dengan menahan nafasnya.

Tidak akan pernah seseorang bisa menjilat siku tangannya sendiri.

Seekor babi tidak akan pernah mendongak melihat langit.

Bersin terlampau keras akan menyebabkan tulang iga retak, tetapi dengan menahan

bersin akan memecahkan pembuluh darah di leher dan di otak dan kemudian menyebabkan kematian.

111,111,111 x 111,111,111 = 12,345,678,987,654,321.

Madu adalah satu-satunya makanan apa yang tidak akan pernah basi.

Seekor buaya tidak akan bisa menjulurkan lidahnya keluar, walaupun membuka mulutnya setiap hari.

Siput/keong bisa tidur selama 3 tahun secara terus-menerus.

Semua beruang kutub ternyata kidal.

Pada tahun 1987, American Airlines bisa mengurangi cost sebesar $40.000 hanya dengan menghilangkan bahan minyak zaitun pada menu salad di kelas 1.

Kupu-kupu mencicipi tar bunga dengan kakinya.

Gajah adalah satu-satunya binatang darat yang tidak bisa melompat.

Rata-rata manusia lebih takut laba-laba daripada takut mati.

Semut akan selalu jatuh pingsan ke arah kanan jika terbius.

Kursi listrik ditemukan oleh dokter gigi.

Jantung bisa memompa darah sejauh 30 kaki.

2 tikus bisa beranak pinak hingga 1 juta dalam 18 bulan.

Memakai headphones walkman 1 jam bisa menghasilkan kuman di telinga sebanyak 700 kali lebih banyak.

Zippo (catu api) ditemukan lebih dulu daripada korek api manual.

Hampir semua lipstik mengandung sisik ikan.

Seperti sidik jari, lidah setiap manusia juga berbeda-beda.

Dan terakhir, setiap orang yang membaca tulisan ini pasti akan mencoba menjilat siku tangan mereka!

Tahukah Anda apa kesamaan antara Osama bin Laden dan George H.W. Bush? Tidak usahlah kita ngomongin politik sekarang. Ternyata kedua-duanya adalah sama-sama orang kidal.

Saya punya teman yang bertangan kidal. Dia lebih sering menggunakan tangan kirinya untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Dia memang warga minoritas dunia yang sebagian besar bukanlah kidal. Teman ini adalah bagian dari 8-15 persen penduduk dunia yang bertangan kidal. Untuk menulis, menyuapi anaknya, memasak, dan berias dia menggunakan tangan kiri. Sementara itu tangan kanannya digunakan untuk melakukan hal-hal yang, menurut kita, lebih layak digunakan oleh tangan kiri. Memang, dunia ini lebih memandang tangan kanan sebagai tangan baik, dan tangan kiri sebagai tangan yang tidak sopan. Duh..

Si kidal teman saya itu tidak tahu mengapa dia menjadi kidal. Seingatnya, sejak dari kecil dia memang lebih aktif menggunakan tangan kiri daripada tangan kanannya. Sampai sekarang memang dia tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Hanya ada beberapa barang saja yang memang didesain untuk orang “normal”.

Di Jepang, si kidal ini bercerita, seorang pria akan lebih memilih wanita yang bukan kidal. Jika si pria ini baru mengetahui bahwa istrinya bertangan kidal, bisa-bisa wanita ini akan diceraikannya. Ini mungkin cerita jaman dahulu. Bagaimana jaman sekarang? Saya tidak tahu. Si kidal pun menggeleng ketika saya tanyakan kebenarannya sekarang.

Ada yang punya teman yang bertangan kidal? Atau Anda bertangan kidal? Apa yang menarik dari orang kidal?

Kenapa harus minder jadi orang kidal? Toh, banyak orang kidal yang sukses. Dan masyarakat pun tak mempermasalahkan kekidalan mereka. Benarkah? Lantas kenapa perlakuan yang kuterima berbeda? Masih anehkah jadi orang kidal di Indonesia?

Menurut cerita ibuku, kandungan beliau saat mengandungku itu baik-baik saja. Pun ketika akan melahirkan, posisiku di rahim ibu dalam keadaan normal, sehingga tak ada alasan untuk tidak melahirkan secara normal. Tapi, suatu keanehan terjadi. Ketika dokter mencoba untuk mengeluarkan kepalaku, tiba-tiba saja tangan kananku terlilit di kepalaku. Hal itu tentu saja membuat panik semua orang yang ada di ruangan itu, terutama ibuku. Akhirnya dengan sedikit paksaan, dokter berhasil mengeluarkan kepalaku dan aku pun bisa lahir ke dunia dengan selamat. Tapi, tidak! Ternyata aku tak lahir normal seperti kakak-kakakku yang lain. Akibat pengeluaran secara paksa itu, syaraf-syaraf yang ada di tangan kananku menjadi lemah, sehingga tanganku itu pun menjadi kecil dan bengkok.

Melihat kondisiku itu, dokter tak lantas tinggal diam. Segera, aku dibawa ke ruang inkubator untuk memberikan pertolongan pertama kepada tanganku. Dalam ruangan itu, tanganku langsung divakum, maksudnya agar syaraf-syaraf yang ada di tanganku itu kembali kuat. Tapi setelah beberapa lama divakum, sepertinya tak kunjung ada kemajuan yang berarti. Akhirnya atas rekomendasi dari pihak rumah sakit, aku dibawa orang tuaku ke terapis syaraf. Dan sejak saat itu, mulailah aku menjalani hari-hariku di ruang terapi syaraf.

Selama lebih dari 8 tahun aku menjalani perawatan untuk tangan kananku. Meski bukan rawat inap, tapi setidaknya dalam sehari itu aku mesti mengunjungi tempat praktek sang terapis diantar oleh kedua orang tuaku. Aku amat bersyukur memiliki orang tua yang begitu perhatian padaku. Tak pernah ada kata bosan dan keluhan yang tampak di wajah mereka, meski harus tiap hari menemaniku terapi.

Hari-hariku banyak kuhabiskan di ruangan terapi, berteman dengan alat-alat terapi, bau ruangan yang khas, nuansa serba putih yang ada dalam ruangan dan tentu saja berteman baik dengan sang terapis. Ketika aku mulai sekolah, kegiatan terapiku sedikit berkurang. Aktifitas sekolah ternyata lebih menyita perhatianku. Aku juga mulai malas mengikuti terapi. Bukan karena aku tak butuh, tapi semata-mata karena bosan.

Ya, siapa yang tak bosan selama lebih dari 8 tahun hanya berurusan dengan alat-alat terapi dan ruang praktek yang itu-itu saja. Meski tanganku itu belum dapat dikatakan sembuh, tapi setidaknya tangan kananku sudah bisa digerakkan sedikit-sedikit. Dan aku pun patut bersyukur kepada-Nya. Keinginanku yang kuat untuk berhenti terapi, mau tak mau membuat orang tuaku meluluskannya dan sejak kelas 3 SD aku benar-benar berhenti mengikuti terapi untuk tanganku.

Dimarahi Sopir Angkot

Lepas dari rutinitas terapi, mulailah aku menjalani hari-hari layaknya anak normal pada umumnya. Untungnya orang tuaku memasukkanku ke sekolah umum dan bukan ke sekolah khusus anak-anak cacat. Karena bagi mereka, aku ini tak ada bedanya dengan anak-anak yang lain. Ya, aku pun menganggap diriku demikian, makanya aku bisa bebas bergaul dengan teman-temanku yang normal. Bagiku, masa itu adalah masa-masa terindah dalam hidupku.

Seiring berjalannya waktu, aku pun mulai menyadari kekuranganku. Ternyata aku ini tak sama dengan mereka. Tangan kananku kecil, lemah, dan bengkok. Setiap kali aku melakukan sesuatu dengan tangan kiri, orang-orang akan menatapku dengan tatapan yang ‘aneh’. Masih lekat dalam ingatanku bagaimana teman-teman mengajiku dulu sering mengejekku dengan sebutan cengkok (bengkok, red). Dan aku diam saja diejek begitu, karena kala itu aku belum paham benar maksud dari perkataan itu. Tapi kini aku paham dan aku sering sedih kalau ada orang yang marah dan menyebutku tak sopan hanya karena kelemahanku itu.

Berbagai peristiwa menyakitkan harus kualami berkenaan dengan tangan kananku. Mulai dari gagalnya aku untuk masuk dalam tim kesenian sekolah yang mewakili sekolahku di ajang Pentas Seni antar Sekolah Dasar se-kota Padang. Kala itu aku mendaftarkan diri untuk ikut dalam perlombaan tari daerah. Awalnya, aku dinyatakan lolos seleksi oleh guruku. Tetapi, tiba-tiba saja seorang temanku menyeletuk perihal kekidalanku. Dan akhirnya, dengan berat hati aku pun harus mundur dari ajang perlombaan itu.

Upacara bendara yang diadakan setiap Senin pagi di sekolahku, ternyata tak luput dari pandangan aneh orang-orang di sekelilingku. Setiap dilakukan penghormatan kepada bendera, aku harus selalu bersusah payah menopang tangan kananku agar dapat memberikan penghormatan dengan baik. Aku bukannya tak menyadari tatapan aneh dan sinis dari teman-teman dan guruku, tapi ya... sudahlah. Mungkin inilah yang terbaik yang diberikan Allah kepadaku.

Ketika SMP, aku pernah mengalami peristiwa yang hingga kini tetap membekas dalam hatiku. Kala itu aku yang biasa menggunakan angkutan umum ke sekolah mendapatkan sebuah ‘teguran’ yang sangat menyakitkan dari seorang supir angkutan kota (angkot) yang biasa kunaiki. Ketika akan membayar ongkos angkot, tiba-tiba saja sang supir itu membentakku, “Pakai tangan kanan! Ndak sopan bana (benar, red) pakai tangan kidal, macam ndak punya tangan saja.”

Deg! Aku terkejut mendengarnya. Penumpang lain yang berada dalam angkot itu pun secara serentak menatapku. Mereka menelitiku secara seksama, dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Sungguh, aku malu sekali. Ingin sekali rasanya menangis dan menghilang saat itu juga. Tapi sekuat tenaga kutahan. Sambil meminta maaf, kucoba untuk menjelaskan perihal tangan kananku. Si supir itu akhirnya diam, mungkin ia merasa bersalah telah membentakku. Entahlah, aku tak tahu pasti. Yang kutahu hanyalah, sejak saat itu, aku benar-benar mengalami krisis kepercayaan diri, terutama ketika menggunakan angkutan umum.

Ibu Terserang Stroke

Kelas 2 SMA, ayahku dimutasikan ke Semarang. Aku dan keluargaku mau tak mau harus meninggalkan Padang, kota kelahiran. Dan di sana peristiwa yang sama terulang lagi. Teman-teman sekolahku sering menatapku aneh manakala aku menulis dengan tangan kidal dan pertanyaan “Kenapa menulis dengan tangan kiri?” selalu terlontar dengan mulut mereka. Setiap kali mendengar pertanyaan itu ingin rasanya aku menangis, tapi selalu kutahan dan hanya mampu kulakukan di dalam hati.

Beruntung, aku memiliki sahabat yang selalu setia mendampingiku. Dialah yang senantiasa memberi dorogan dan dukungan setiap kali orang-orang menatapku sinis dan aneh. Dia tak pernah bosan membangkitkan semangatku, mengatakan padaku kalau aku ini istimewa. Aku memang berbeda dari mereka, tapi aku tetaplah manusia yang istimewa dan di sanalah letak kelebihanku, begitu katanya. Aku pun tersenyum mendengarnya. Dan karena aku masih trauma dengan angkot, setiap pagi ayah selalu bersedia mengantarku ke sekolah dan ketika pulang sekolah, aku selalu bersama sahabatku. Masa-masa SMA itu kulalui dengan penuh tekanan, tapi aku tetap semangat.

Lepas SMA, aku mengambil kuliah jurusan Psikologi. Ada alasan tertentu kenapa aku memilih jurusan itu. Sebenarnya ini adalah saran dari Om-ku. Beliau yang mengetahui krisis kepercayaan diri yang selalu kuhadapi, mengusulkan agar aku memilih jurusan Psikologi saja. “Dengan belajar Psikologi, kamu akan tahu gimana sebenarnya karakter-karakter manusia itu. Siapa tahu dengan begitu, kamu bisa lebih pede dan nggak terlalu ambil pusing dengan anggapan orang mengenai tanganmu.” Dan ternyata saran Om itu ada benarnya juga.

Semenjak kuliah, aku berusaha untuk selalu tampil percaya diri. Meski masih sering kutemui tatapan-tatapan aneh dan celetukan-celetukan pedas di sekelilingku, tapi aku sudah tak peduli lagi. Yang penting aku sama sekali tak menyakiti dan merugikan mereka. Aku terus melangkah dan menapaki masa depanku dengan senyuman sampai suatu peristiwa membuatku tersentak lagi.

Ibuku terserang komplikasi diabetes dan harus dirawat di rumah sakit selama lebih dari 4 bulan. Beliau pun harus merelakan 3 jari kakinya untuk diamputasi. Kami sekeluarga tentu saja syok, tapi yang lebih menyakitkan adalah ketika melihat ibu harus selalu menggunakan kursi roda karena syaraf beliau pun ternyata terkena stroke. Ya Allah, cobaan apalagi yang Kau timpakan kepadaku? jerit batinku pilu.

Mencari Kerja Sambilan

Setelah ibu stroke, perekonomian keluargaku menurun drastis. Ya, karena perhatian kami semua hanya tertuju ke ibu dan kami hanya ingin melihat ibu sembuh seperti sedia kala. Berbagai upaya pun dikerahkan ayah demi kesembuhan ibu, sehingga sebagai seorang anak aku tak mungkin lagi menuntut yang macam-macam kepada orang tuaku. Akhirnya aku mencari akal bagaimana cara untuk meringankan beban orang tua, yaitu dengan mencari pekerjaan paruh waktu.

Berkali-kali aku mencoba melamar ke toko-toko maupun restoran-restoran yang memperkerjakan pegawai paruh waktu. Tapi tak ada satu pun dari mereka yang mau menerimaku, karena melihat tanganku yang kidal ini. Aku sempat down dan putus asa juga, tapi sahabatku selalu memberiku semangat untuk tak mudah menyerah dan terus mencoba dan mencoba, hingga akhirnya kesempatan itu pun hadir di hadapanku.

Saat itu aku sedang joging ke kawasan Simpang Lima dan di sanalah aku berkenalan dengan seorang penjual jilbab yang menawariku untuk bekerja dengannya setiap Ahad pagi. Pada awal bekerja, semuanya berjalan dengan baik. Tak ada seorang pun yang mempersoalkan tentang kekidalanku. Tapi, ternyata itu tak berlangsung lama. Perlahan, satu persatu pembeli mulai mengeluhkan pelayanan yang kuberikan. Mereka selalu bertanya kenapa aku tidak pernah menggunakan tangan kananku dalam melayani mereka, padahal aku memiliki kedua tangan secara lengkap. Ya, itu semua memang benar. Tapi tahukah mereka, kalau tangan kananku ini lemah dan tidak bisa digunakan? Tidak, mereka tak pernah tahu hal itu.

Melihat banyaknya keluhan yang datang dari para pembeli, Mbak Indah tak lantas tinggal diam. Segera, dia menanyatakan perihal yang sebenarnya kepadaku. Kuceritakan saja semuanya tanpa ada satu pun yang harus kututupi. Kejujuranku membuat Mbak Indah jatuh iba kepadaku dan hingga kini dia masih tetap memperkerjakanku dan tidak lagi mempersoalkan hal itu lagi.

1 komentar:

Erika Rani mengatakan...

Oalah pak lek pak lek. Aq tertipu...
Q kira tulisan sendiri dan pengalaman pribadi.
Alangkah santunnya Pak lek kalo mencantumkan kutipa/kopian dr mana tulisan tsb. Yach biar gak termasuk generasi kopi "dangdut" paste