Minggu, 27 Oktober 2013
Sabtu, 19 Oktober 2013
KARET GELANG
Karet Gelang
Suatu kali saya membutuhkan karet gelang, satu saja. Shampoo yang akan saya bawa tutupnya sudah rusak. Harus dibungkus lagi dengan plastik lalu diikat dengan karet gelang. Kalau tidak bisa berabe. Isinya bisa tumpah ruah mengotori seisi tas. Tapi saya tidak menemukan satu pun karet gelang. Di lemari tidak ada. Di gantungan-gantungan baju tidak ada. Di kolong-kolong meja juga tidak ada.
Saya jadi kelabakan. Apa tidak usah bawa shampoo, nanti saja beli di jalan. Tapi mana sempat, waktunya sudah mepet. Sudah ditunggu yang jemput lagi. Akhirnya saya coba dengan tali kasur, tidak bisa.
Dipuntal-puntal pakai kantong plastik, juga tidak bisa. Waduh, karet gelang yang biasanya saya buang-buang, sekarang malah bikin saya bingung. Benda kecil yang sekilas tidak ada artinya, tiba-tiba menjadi begitu penting.
Saya jadi teringat pada seorang teman waktu di Yogyakarta dulu. Dia tidak menonjol, apalagi berpengaruh. Sungguh, Sangat biasa-bisa saja. Dia hanya bisa mendengarkan saat orang-orang lain ramai berdiskusi. Dia
hanya bisa melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Itu pun kadang-kadang salah. Kemampuan dia memang sangat terbatas.
Tetapi dia sangat senang membantu orang lain; entah menemani pergi, membelikan sesuatu, atau mengeposkan surat. Pokoknya apa saja asal membantu orang lain, ia akan kerjakan dengan senang hati. Itulah sebabnya kalau dia tidak ada, kami semua, teman-temannya, suka kelabakan juga. Pernah suatu kali acara yang sudah kami persiapkan gagal, karena dia tiba-tiba harus pulang kampung untuk suatu urusan.
Di dunia ini memang tidak ada sesuatu yang begitu kecilnya, sehingga sama sekali tidak berarti. Benda yang sesehari dibuang-buang pun, seperti karet gelang, pada saatnya bisa menjadi begitu penting dan merepotkan.
Mau bukti lain? Tanyakanlah pada setiap pendaki gunung, apa yang paling merepotkan mereka saat mendaki tebing curam? Bukan teriknya matahari. Bukan beratnya perbekalan. Tetapi kerikil-kerikil kecil yang masuk ke sepatu.
Karena itu, jangan pernah meremehkan apa pun. Lebih-lebih meremehkan diri sendiri. Bangga dengan diri sendiri itu tidak salah. Yang salah kalau kita menjadi sombong, lalu meremehkan orang lain.
hikmah dari kejadian
"Seorang kakek melihat seekor Kalajengking
tenggelam dan memutuskan untuk
menolongnya.
Dia mengulurkan tangannya
perlahan-lahan untuk mengambil
Kalajengking itu.
Ketika dia berhasil
memegang Kalajengking tersebut,
Kalajengking itu menyengatnya.
Karena
merasa sakit, kakek itu melepaskan
kalajengkingnya sehingga jatuh kembali
ke dalam air dan tenggelam.
Melihat
Kalajengkingnya tenggelam, kakek itu
kembali mencoba menyelamatkan
kalajengking dengan menariknya dari air.
Tetapi setiap kali dia berusaha menolongnya,
Kalajengking tersebut akan menyengatnya
dan kakek itu akan merasakan kesakitan
sehingga harus melepaskan kalajengking itu
kembali ke air.
Seorang anak kecil yang melihat kejadian
tersebut, mendekati kakek itu dan bertanya:
"Maaf kek, kamu akan terluka jika kamu
berusaha menolong kalajengking jahat itu.
Biarkan saja. Kamu gak sadar, setiap kali
kamu memegangnya, kalajengking itu malah
menyengatmu?"
Kakek itu menjawab, "Buas dan suka
menyengat itu udah sifat alamiah dari
Kalajengking.
Dan sifat manusia itu suka
menolong.
Sifat kita tidak boleh berubah
hanya karena Kalajengking itu menyakiti
kita."
Jadi setelah berpikir, Kakek itu mengambil
daun dan menggunakan daun itu untuk
mengangkat kalajengkin tersebut.
PELAJARAN MORAL:
=============
Jangan mengubah sifat baikmu.
Jika
seseoranga menyakitimu, jadikan itu sebagai
peringatan untuk lebih berhati-hati.
Sebagian orang mengejar kebahagiaan.
Sementara sebagian lagi menciptakan
kebahagiaan mereka sendiri.
Biarkan hati
nuranimu menjadi penuntun setiap
tindakanmu.
Langganan:
Postingan (Atom)