BRID

Blogger Reporter Indonesia

Minggu, 27 Oktober 2013

bang Iwan fals

bang Iwan fals

G-30s

humor

Sabtu, 19 Oktober 2013

KARET GELANG

Karet Gelang Suatu kali saya membutuhkan karet gelang, satu saja. Shampoo yang akan saya bawa tutupnya sudah rusak. Harus dibungkus lagi dengan plastik lalu diikat dengan karet gelang. Kalau tidak bisa berabe. Isinya bisa tumpah ruah mengotori seisi tas. Tapi saya tidak menemukan satu pun karet gelang. Di lemari tidak ada. Di gantungan-gantungan baju tidak ada. Di kolong-kolong meja juga tidak ada. Saya jadi kelabakan. Apa tidak usah bawa shampoo, nanti saja beli di jalan. Tapi mana sempat, waktunya sudah mepet. Sudah ditunggu yang jemput lagi. Akhirnya saya coba dengan tali kasur, tidak bisa. Dipuntal-puntal pakai kantong plastik, juga tidak bisa. Waduh, karet gelang yang biasanya saya buang-buang, sekarang malah bikin saya bingung. Benda kecil yang sekilas tidak ada artinya, tiba-tiba menjadi begitu penting. Saya jadi teringat pada seorang teman waktu di Yogyakarta dulu. Dia tidak menonjol, apalagi berpengaruh. Sungguh, Sangat biasa-bisa saja. Dia hanya bisa mendengarkan saat orang-orang lain ramai berdiskusi. Dia hanya bisa melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Itu pun kadang-kadang salah. Kemampuan dia memang sangat terbatas. Tetapi dia sangat senang membantu orang lain; entah menemani pergi, membelikan sesuatu, atau mengeposkan surat. Pokoknya apa saja asal membantu orang lain, ia akan kerjakan dengan senang hati. Itulah sebabnya kalau dia tidak ada, kami semua, teman-temannya, suka kelabakan juga. Pernah suatu kali acara yang sudah kami persiapkan gagal, karena dia tiba-tiba harus pulang kampung untuk suatu urusan. Di dunia ini memang tidak ada sesuatu yang begitu kecilnya, sehingga sama sekali tidak berarti. Benda yang sesehari dibuang-buang pun, seperti karet gelang, pada saatnya bisa menjadi begitu penting dan merepotkan. Mau bukti lain? Tanyakanlah pada setiap pendaki gunung, apa yang paling merepotkan mereka saat mendaki tebing curam? Bukan teriknya matahari. Bukan beratnya perbekalan. Tetapi kerikil-kerikil kecil yang masuk ke sepatu. Karena itu, jangan pernah meremehkan apa pun. Lebih-lebih meremehkan diri sendiri. Bangga dengan diri sendiri itu tidak salah. Yang salah kalau kita menjadi sombong, lalu meremehkan orang lain.

hikmah dari kejadian

"Seorang kakek melihat seekor Kalajengking tenggelam dan memutuskan untuk menolongnya. Dia mengulurkan tangannya perlahan-lahan untuk mengambil Kalajengking itu. Ketika dia berhasil memegang Kalajengking tersebut, Kalajengking itu menyengatnya. Karena merasa sakit, kakek itu melepaskan kalajengkingnya sehingga jatuh kembali ke dalam air dan tenggelam. Melihat Kalajengkingnya tenggelam, kakek itu kembali mencoba menyelamatkan kalajengking dengan menariknya dari air. Tetapi setiap kali dia berusaha menolongnya, Kalajengking tersebut akan menyengatnya dan kakek itu akan merasakan kesakitan sehingga harus melepaskan kalajengking itu kembali ke air. Seorang anak kecil yang melihat kejadian tersebut, mendekati kakek itu dan bertanya: "Maaf kek, kamu akan terluka jika kamu berusaha menolong kalajengking jahat itu. Biarkan saja. Kamu gak sadar, setiap kali kamu memegangnya, kalajengking itu malah menyengatmu?" Kakek itu menjawab, "Buas dan suka menyengat itu udah sifat alamiah dari Kalajengking. Dan sifat manusia itu suka menolong. Sifat kita tidak boleh berubah hanya karena Kalajengking itu menyakiti kita." Jadi setelah berpikir, Kakek itu mengambil daun dan menggunakan daun itu untuk mengangkat kalajengkin tersebut. PELAJARAN MORAL: ============= Jangan mengubah sifat baikmu. Jika seseoranga menyakitimu, jadikan itu sebagai peringatan untuk lebih berhati-hati. Sebagian orang mengejar kebahagiaan. Sementara sebagian lagi menciptakan kebahagiaan mereka sendiri. Biarkan hati nuranimu menjadi penuntun setiap tindakanmu.