BRID

Blogger Reporter Indonesia

Senin, 05 Februari 2018

PENDIDIKAN HEBAT DI FINLANDIA

Pendidikan di Finlandia Finlandia adalah "cuma" contoh ttg bgmn suatu negara bisa berhasil membuat visi pendidikan dan 'maujud' dlm proses pendidikan. Visi2nya nampak pd perencanaan, proses teknis, sumber daya, dan evaluasinya. Dalam konteks pembelajaran, mestinya tdk ada resistensi. Saya 'share' : 11 Cara Finlandia Mengajarkan bahwa Less is More dalam pendidikan (terjemah bebas) 1. Less formal schooling Sekolah dimulai saat anak berusia tujuh tahun, yaitu saat mereka mampu untuk fokus dan siap untuk belajar. Sebelum usia tujuh tahun, anak dibiarkan menikmati kehidupannya sebagai anak-anak. Saat usia mereka 16 tahun, mereka memiliki tiga pilihan: pertama masuk ke sekolah selama tiga tahun untuk persiapan kuliah yang dipilih oleh kurang dari 40%, vocational education semacam sekolah menuju jenjang karir tertentu yang dipilih oleh kurang dari 60%, terakhir ada yang memilih langsung bekerja yaitu kurang dari 5%. 2. Waktu yang dihabiskan di sekolah minim = banyak istirahat Kelas dimulai pukul 9.00 dan 9.45, ini dikarenakan menurut penelitian anak anak membutuhkan tidur yang berkualitas di pagi hari (yes please). Sekolah berakhir pada pukul 2.00 atau 2.45. Setiap hari mereka memiliki tiga sampai empat jam pelajaran, setiap jam pelajaran adalah 75 menit, ada istirahat di antara pergantian jam-jam tersebut. 3. Fewer instruction hours = more planning time Rata-rata guru di Finlandia mengajar empat jam sehari atau 600 jam per tahun, guru tidak harus semua datang pada satu waktu. Kalau jadwal mengajar pukul 11.00 maka guru tersebut tidak perlu datang sedari pagi. Waktu sebelum mengajar dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan bahan mengajar dengan lebih baik. 4. Guru lebih sedikit = More Consistent and Care Dalam setiap kelas yang jumlahnya 15-20 anak, gurunya tidak berubah selama mereka SD. Jadi gurunya sama sampai mereka lulus. Guru mampu mengetahui kebutuhkan pendidikan setiap anak, gaya belajar mereka, dan memiliki keinginan untuk melihat anak anak tersebut sukses yang sesuai untuk masing-masing anak. Jadi guru mampu melihat kurikulum secara holistik, mereka tidak risau untuk menghabiskan materi tahun ini karena mereka pula yang akan mengajar tahun seterusnya. Di sinilah guru mampu menyesuaikan ritme belajar sesuai kemampuan masing-masing anak. 5. Guru yang diterima sedikit = Percaya diri guru lebih tinggi Bagaimana kalau ada guru yang jelek selama enam tahun? Finlandia berusaha sangat keras untuk memastikan guru SD bermutu. FYI, Primary education (kuliah untuk menjadi guru SD) adalah sarjana yang paling kompetitiv masuknya. Hanya ada 10% yang diterima masuk ke jenjang tersebut dan yang lainnya ditolak tiap tahunnya. Seseorang yang diterima tidak hanya yang paling pandai dan pintar tapi juga melalui tes wawancara dan kepribadian . Jadi tidak hanya pintar tapi guru tersebut juga memiliki kapabilitas dan kemampuan untuk mengemban pelajaran.Orang tua wali murid sendiri sangat respect dan percaya dengan guru seperti ini karena mereka tidak hanya mampu secara akademis namun juga “gifted”. Sampai bila ditanya guru tersebut hanya mendapatkan lima sampai enam email per semester, dibandingkan di US guru setiap hari menerima lima sampai enam email. 6. Jam pelajaran lebih sedikit = istirahat lebih banyak Istirahat disela jam pelajaran merupakan waktu di mana anak-anak menyerap pembelajaran tersebut. Mereka meregangkan otot, memakan snek, menghirup udara segar, dll. Biasanya waktu istirahat ini adalah 15-20 menit. Penelitian menemukan bahwa anak-anak membutuhkan gerak fisik untuk belajar di kelas. Bila tubuh berhenti bergerak (duduk terlalu lama, stagnan) maka otak juga stagnan, tidak mampu fokus dan anak menjadi hiperaktif. Tidak hanya murid yang istirahat, tapi guru juga istirahat. Ruang guru terdiri dari sofa, dapur, mesin pembuat kopi, snek, buah, kursi dan meja meja di mana guru bisa istirahat, mengobrol, dan mempersiapkan bahan mengajar untuk kelas selanjutnya. Malahan ada ruang guru yang lengkap dengan kursi pijat juga 7. Less Testing = more learning Kalau guru tidak dihantui dengan tes dan tes, maka guru mampu mendesain pembelajaran yang jauh lebih menyenangkan. Dalam kelas menjahit ada unsur belajar matematika, menggambar pola, dll. Guru diberi amanah untuk bekerja mentransfer ilmu secara lebih baik. Mereka mampu membimbing anak mengerjakan yang dia suka, bagaimana memulai suatu proyek sederhana, dan memberi guidline untuk mengerjakan proyek tersebut. 8. Fewer topic = More depth Alih-alih berkeinginan mengajar banyak tema/bab dalam satu waktu, Finlandia menyederhanakan tema tersebut menjadi hanya beberapa. Guru di sana take their time untuk mengajar bab tersebut, tidak panik kalau lambat atau ada bab yang ketinggalan. There is no need to rush simply because there is no test! Itulah mengapa kalau kebanyakan bab yang anak dipaksa harus cepat belajar, maka mereka akan mudah menyerah, panik, dan stres. Ya stres! 9. PR Sedikit = partisipasi lebih banyak Kalaupun ada PR maka bisa dikerjakan dalam waktu 30 menit dan kebanyakan tugas diselesaikan di sekolah. Mereka juga tidak memiliki tambahan pelajaran seperti les atau cram school seperti di kebanyakan negara Asia. Namun mereka mampu mengungguli skor performance negara Asia yang memiliki sistem les sepulang sekolah. Walau begitu anak Finlandia siap menerima tugas di kelas, menyelesaikan tugas tersebut sepenuh hati, dan semacam ada peraturan tidak tertulis “selesaikan di sekolah maka tidak ada pekerjaan di rumah”. Guru juga tidak menjejali dengan kerja ekstra, intinya asalkan mereka memahami konsep, maka bagus mengerjakan pekerjaan tambahan, pekerjaan tambahan itu ada juga yang tidak dinilai tapi anak-anak tetap mengerjakannya dengan baik. 10. Sedikit siswa = banyak perhatian Membayangkan satu guru mengajar 4 jam perlajaran, di kelas yang berbeda, setiap kelas isina 20 anak. Maka guru tersebut per hari menjumpai 80 anak yg berbeda. 11. Less structure = more trust Dari pada fokus pada struktur, tes, dll. Finlandia mempercayai sistemnya dan melihat apakah berhasil. Masyarakat percaya pemerintah akan menyaring guru yang bermutu, dan memberikan kebebasan mereka untuk berkarya. Wali murid percaya guru akan membuat keputusan supaya anak mencapai keberhasilan. Guru percaya bahwa muridnya akan melakukan pekerjaannya agar mereka mampu belajar. Pelajar percaya bahwa gurunya akan memberikan bahan yang tepat untuk membuat mereka berhasil. Masyarakat menghargai sistem tersebut dan memberikan penghargaan pada pendidikan. (https://dzikrina22.wordpress.com/2015/04/25/11-ways-finlands-education-system-shows-us-that-less-is-more/) sumber aslinya : http://fillingmymap.com/2015/04/15/11-ways-finlands-education-system-shows-us-that-less-is-more/
Jusuf AN Kalau ada yang mengatakan, "mukamu bid'ah", itu kok dianggap serius sampai dikupas dari segi bahasa dan syara' yo malah lebih ngguyoni. Kalau kamu nggak sepakat dengan amaliyah orang yang kamu anggap bid'ah, ya rapopo. Tapi mesti diingat, amaliyah yang kamu anggap bid'ah dhalalah itu didasari ilmu juga, dan masa' iya para alim-ulama bersepakat dalam kesesatan. Wislah, yaqin nggak ada rampungnya ngomongin kayak gitu. "Bertengkar itu semuanya jelek." Kata Ibn Mas'ud r.a