BRID

Blogger Reporter Indonesia

Kamis, 24 Desember 2015

Clara Sumarwati Wanita Asia Tenggara Pertama Penakluk Everest (1)

oleh
Mila Mulyanti Nurjanah Setelah nonoton Film Everest ternyata ditahun yang sama Indonesia menggapai Puncak tertinggi di dunia tersebut. Dalam tim tersebut ada satu orang wanita. Wanita Asia Tenggara Pertama Penakluk Everest (1) Clara Sumarwati (42) tahun 1996 berhasil mendaki puncak Everest berketinggian 8.848 mdpl. Dia menjadi wanita pertama di Asia Tenggara yang berhasil menggapai puncak tertinggi di dunia itu. Kini dia mengidap gangguan jiwa dan hari-harinya dijalani di rumah sakit jiwa Profesor Dokter Soeroyo Magelang (RSSM). LORONG sepi di rumah sakit jiwa itu menjadi kehidupan nyata bagi wanita pertama Indonesia yang menaklukkan gunung Everest. Bersama puluhan wanita lainnya harus mejalani rehabilitasi karena gangguan kejiwaan menyelimutinya. Wanita itu menghuni bangsal W3 atau Wisma Drupadi RSSM. Ketika Suara Merdeka mengunjunginya, Clara baru berada luar. Tak lama kemudian muncul wanita tinggi dan agak gemuk, rambutnya beruban, hampir merata. Wajahnya tampak kusut dan kurang terawat, tapi di balik itu ada senyum yang mengembang menyapa orang-orang asing di sekelilingnya. Begitulah kondisi wanita perkasa ini menjalani kehidupan rehabilitasinya. Clara pertama dirawat di RSSM pada 1997 atau satu tahun setelah menaklukkan Everest kemudian dirawat empat bulan kondisinya membaik dan diperbolehkan pulang. Pada tahun 2000 kambuh lagi dan setelah dirawat enam bulan kondisinya membaik dan diperbolehkan pulang. Tahun ini masuk ke RSSM, 30 Juni lalu dan kini kondisinya sudah stabil. Tapi belum diambil oleh keluarganya di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Selama menjadi pasien dia seringkali bercerita keberhasilannya menaklukkan Gunung Everest. Namun, ceritanya kerap diabaikan oleh perawat atau dokter karena dianggap halusinasi atau khayalan. Bahkan keluarganya sendiri juga menutup-nutupi soal informasi itu. ’’Belakangan ternyata keperkasaan Clara adalah sebuah kenyataan. Setelah Deputi Kepeloporan Pemuda, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Dr Amir Hamzah MHum, berkunjung ke rumah sakit mengenali Clara,’’ kata Dirut RSSM Djunaedi Tjakrawerdaya, kemarin. Kedatangan Tim Deputi dalam rangka penilaian Pemuda Pelopor Bidang Seni Budaya dan Pariwisata, Poppy Safitri sebagai salah satu wakil Jateng yang maju ke tingkat nasional. Di RSSM Poppy mengajar tari pasien wanita, sehingga tim penilai melihat aktivitas pemebelajaran itu. Dan Clara adalah salah satu siswanya. Djunaedi menceritakan, saat itulah Tim Deputi mengenali sosok perempuan perkasa itu dan Clara sendiri juga mengenali mereka. Akhirnya, pihaknya benar-benar percaya, dialah wanita yang menaklukkan Everest. “Bapak, masih ingat saya nggak? Saya Carla pak, pendaki wanita Indonesia dan ASEAN pertama yang menaklukan Gunung Everest,”ucap Clara seperti ditirukan Humas RSSM, Saiful. Amir awalnya kaget ditegur Clara. Namun beberapa saat kemudian pria tersebut mengingatnya. Clara adalah wanita Indonesia pertama yang berhasil mencapai Puncak Everest pada 1996 silam. Sejak saat itu semua pihak di RSJ Soerojo, termasuk para dokter dan pejabat lainnya, mempercayai pengakuan Carla. Selama ini mereka menyangka Carla hanya mengarang cerita bahwa dirinya pernah mendaki gunung tertinggi di dunia itu. Frustasi Menurut Djunaedi, salah satu penyebab Clara mengalami stres berat karena kurangnya penghargaan dari sisi materi atas prestasi hebatnya selama ini. Pada awal masuk rumah sakit, sering marah-marah dan halusinasi. Ini diakui dokter Haryono Padmo Sudiro Spk, yang merawatnya. ’’Pemicunya antara lain dia punya prestasi mendaki Mount Everest, tetapi dia merasakan kurang dihargai oleh lingkungan. Dia tidak dihargai bahwa pernah ke sana,”ungkap Haryono. Menurut Haryono, kekesalan itu menimbulkan rasa frustasi pada diri Clara. Dokter itu menepis dugaan gangguan jiwa Clara disebabkan faktor keturunan. Tidak ada keluarga Clara mempunyai riwayat mengidap penyakit jiwa. Faktor lain bisa menjadi penyebab adalah sejumah peristiwa dalam proses pendakian Clara. Menurut Haryono, Clara mengaku sempat membuka alat pernapasan saat berada di puncak Everest. ’’Itu merupakan faktor ketegangan-ketegangan yang bisa menimbulkan orang tension atau coincident, yaitu mengalami kejadian menakutkan. Sebab kekurangan oksigen menyebabkan rasa nyeri tidak karuan,”kata Haryono. Ingatan Tajam Clara menyimpan beribu cerita kesuksesan dan dia juga menyimpan cerita kepedihan. Saat kami temui dia tampak sehat dan daya ingatnya masih tajam, karena yang sedang sakit adalah proses pikirnya dan mengalami halusinasi bukan kelemahan daya ingatan. Dia mengawali cerita mulai ketika menjadi mahasiswa di Universitas Atmajaya Jakarta jurusan Psikologi Pendidikan, justru belum tertarik dengan unit kegiatan pecinta alam. Dia malah menjadi anggota dari resimen mahasiswa (Menwa). Baru setelah lulus tahun 1990, cita-citanya menjadi guru BP harus ditanggalkan terlebih dahulu dan berganti haluannya gabung dengan ekspedisi pendakian ke puncak Annapurna IV 7.535 mdpl di Nepal. Pada tahun 1991 rekannya, Aryati, berhasil mencatatkan diri sebagai perempuan Asia pertama yang mencapai puncak tersebut. Pada Januari 1993, Clara bersama tiga pendaki putri Indonesia lainnya menaklukkan puncak Aconcagua (6.959 meter) di pegunungan Andes, Amerika Selatan. Petualangan mendaki Everest 1996 sebenarnya bukan pertama, tahun 1994 dia pernah melakukannya tapi gagal. Di tahun itu dia begabung bersama lima orang dari tim PPGAD (Perkumpulan Pendaki Gunung Angkatan Darat) untuk menaklukkan gunung es itu. Tapi baru sampai diketinggian 7.000 meter karena terhadang kondisi medan sulit dan berbahaya di jalur sebelah selatan Pegunungan Himalaya (lazim disebut South Col). ’’Saya justru tertantang dengan kegagalan itu. Saya akhirnya sukses mencapai puncak pada 1996,’’ kenang Clara. Bendera merah putih yang dikibarkan di puncak mengharumkan nama bangsa ini. Dengan taruhan nyawa dia menggapai angkasa di puncak gunung es. Tapi setelah kembali ke Indonesia, dia hanya mendapatkan selembar kertas penghargaan Bintang Nararya atas prestasi gemilang itu. sumber http://bedesgunung.blogspot.co.id/2015/09/wanita-asia-tenggara-pertama-penakluk.html https://id.wikipedia.org/wiki/Clara_Sumarwati http://www.kaskus.co.id/thread/52eb0c3bc0cb175b7b8b4611/clara-sumarwati-penakluk-everest--merasa-tak-dihargai-masuk-rumah-sakit-jiwa/ http://www.belantaraindonesia.org/2014/05/mengenal-clara-sumarwati-lebih-dekat.html http://nasional.kompas.com/read/2009/10/12/07150637/wanita.indonesia.pertama.pendaki.everest.dirawat.di.rumah.sakit.jiwa http://garudamiliter.blogspot.co.id/2012/04/clara-sumarwati-adalah-pendaki-sejati.html

Rabu, 23 Desember 2015

MENGENANG BU KISMI YANG PENYAYANG

Waktu ku Kecil dulu, aku merasa asing dan culun, karena aku cadel tidak lancar mengucapkan huruf R, jadi terdengar seperti L, lidah terasa kaku tidak bisa bergetar, jadi kalau berdiri di depan kelas aku suka mikir-mikir dulu. Ditambah lagi dari kecil aku kidal yaitu dominan menggunakan tangan kiri. aku teringat dengan seorang ibu guru waktu aku taman kanak-kanak namanya Bu Kismi, meski anak-anak nakal sekali tetapi beliau bersikap selayaknya ibu kandung sendiri, sabar dan penyayang. ketika aku diolok-olok teman karena cadel mengucapkan huruf R saat maju ke depan dan saat menulis menggunakan tangan kiri, Ibu Kismi memberi dukungan agar aku tidak malu dan minder, juga menasehati anak-anak lain untuk saling menghargai sesama dan tidak mengolok-olok kekurangan orang lain. Di hari Ibu ini ingin rasanya aku berterimakasih kepada Bu Kismi, Ibu yang menginspirasi anak-anak termasuk aku, untuk tidak minder alias rendah diri, karena kekurangan atau keterbatasan. Sehingga mungkin ribuan anak terselamatkan jiwanya dari sikap membully atau korban terbully. Bu Kismi entah aku tidak tahu nama panjangnya , berasal dari Jogja dia adalah adik dari Pak Supangadi guru yang bertugas di Sekolah Dasar di Desa kelahiranku, Desa Mundupesisir yang terletak di Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Jawa Barat. itulah kenapa di akta kelahiranku tertulis lahir di Mundu. Bu Kismi mengajar di TK Handayani tempat aku dan teman-temanku bermain dan belajar, teman-temanku itu antara lain yang pemberani bernama Tito , yang suka bermain bernama Iin, dan yang penyayang bernama Aceng. Pernah suatu hari aku menangis meraung-raung di kelas karena ada Iin yang membully aku , teman yang lain baik Aceng maupun Tito tidak berani menolongku, namun Ibu Kismi segera menggendongku sambil membelai rambutku dan menenangkanku dengan lemah lembut. Hatiku menjadi tenang dan kembali. Sedangkan Iin dinasehati dengan baik sehingga ia segera meminta maaf, kita kembali berbaikan. Mungkin itu yang bisa kuingat dari masa taman kanak-kanakku saat berumur 4-5 tahun. Salam hormat untukmu ibu dari kami muridmu yang pernah kau asuh dengan kasih dan sayang.